Rabu, 30 November 2011

Teruntuk jiwa-jiwa dan hati-hati yang dalam keikhlasan membiarkan jiwanya dipenuhi perasaan kasih sayang, sehingga hati yang baik itu mengikrarkan untuk sebuah perwujudan dari kasih sayang dimana ada sebuah ketulusan sikap untuk memberi dan berbagi bersama. Sebagai kelestarian gelisahnya jiwa karena ada sikap naluri yang kadang tak dimengerti bagaimana sumber dari asal mulanya, namun semakin besar bila dibiarkan menggoyahkan setiap raga yang tak begitu memahami bahasa jiwa begitu nyata terasa hingga ia berani berkata “Aku Telah Jatuh Cinta”.

Maka adalah sebuah kehormatan bila perasaan indah itu tercurah pada saya. Sebagai penghormatan pertama, izinkan saya memuji pada sang Pencipta (Allah) yang karena kecintaan sungguh tiada kuasa selain Ia (Allah) yang mampu mengatur sistematika kehidupan alam raya ini, sehingga ada beredarnya perasaan cinta kepada siapa saja yang Ia (Allah) kehendaki dalam waktu yang tak terduga sekalipun. Meski ada keluhan dan air mata akibat misteri rasa jiwa yang mengema, namun setelah kedukaan yang dalam, kesakitan yang mematikan jiwa, kehilangan yang tak kelihatan itu tiba-tiba berubah kebahagiaan yang merebak, hingga hilanglah duka, kesakitan, kehilangan, kekecewaan semua berubah bahagia walau sebelumnya beberapa kali perulangan dari kedukaan itu. Maka pantaslah penghargaan terbesar itu disandang sang Maha Segalanya untuk setiap AnugerahNya izinkah jiwa yang mencintaiMu ini menikmati wujud dari cintaMu melalui mereka.

Dan selanjutnya penghormatan saya adalah membiarkan perasaan itu ada mengalir bagaimana mestinya. Bukan sebagai sebuah kekosongan harapan tapi terlebih pada sebuah pembelajaran untuk pendewasaan dari perasaan itu sendiri.

Maka saya pun membiarkan setiap rasa itu ada memperkaya hati saya untuk mengenal jiwa-jiwa pencinta atau sekedar berpura dan hati-hati yang ikhlas atau hampa. Maaf atas segala perlakuan saya. Bukan saya berbeda, saya hanya memberi hal yang tak serupa. Itu mengapa saya gelar tabir hijab (batas) yang membentang rasa antara saya dan anda. Karena saya tidak ingin menikmati perasaan indah itu dengan “apa adanya” sikap anda, jika saya membiarkan apa adanya anda memperlakukan perasaan, maka saya membuka tabir hijab untuk anda bebas menghalalkan segala cara yang entah itu benar tidaknya sikap anda. Namun perasaan itu saya biarkan ada dengan “bagaimana seharusnya” sikap anda, karena dengan ini saya membebaskan tabir itu untuk setiap ekspresi dari perlakuan anda. Namun anda tahu apa yang layak anda tampilkan, apa yang bijak anda berikan. Dengan kesungguhan anda lakukan sehingga ada tanggung jawab atas perasaan yang anda hadirkan dari keikhlasan hati saya membalasnya.

Maka begitulah saya memahami ketika anda mengatakan, “Aku jatuh cinta padamu.”

Sehingga dengan mudah saya membalasnya, “Dan aku pun telah jatuh cinta padamu.”

Maafkan aku, cinta. Sengaja kukurung diri dalam sangkar ketulusan. Jika kau datang nanti, ikhlaskan hatimu untuk membebaskanku. Jemputlah aku bersama asamu. Percayalah, di sini aku masih menunggumu, tuk katakan, “Kau jatuh cinta padaku”. #E.K.S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar