Jreeeengggg...
Gak berasa yaaaa berganti tahun kembali, flattt aza yang ada... resolusi masih banyak yang belum terealisasi...
Uforia begitu hiruk pikuk, buatku biasa aza... karena itu cuma kesenangan semata tanpa sisa...
Semakin beranjak usia perayaan seperti pergantian tahun masehi buatku tak merasa sukacita... aq hanya berpikir dunia semakin tua dan semakin pendek usia..
Ya .... buatku pergantian tahun 2017 menuju 2018 adalah momen dimana aq harus lebih memperbaiki diri lagi terutama dalam hal ibadah kepada Sang Pencipta... semakin WAJIB mendekatkqn diri lagi ke Illahi yang telah memerikan aq banyak kesempatan menikmati pergantian tahuna kembali... merasakan tetap nikmat-NYA yang tiada tara hari kehari.
Merenung tentang betapa indahnya dunia yang tua ini membuatku semakin belajar bahwa hidup itu hanya sementara... yeahhhh memandang dunia dalam mata hatiku, merasakan deru gejolak rasanya... berharap diambang tahun baru ini, aq bisa menjadi lebib baik dari sebelumnya dalam segala hal... Bismillah'... langkah pertama diawal tahun 2018.
₪ Suara Hati ₪
Aku adalah aku.. Mencoba menjadi aku yang sesungguhnya.. Tapi kadang ku bertanya " Siapakah aku ini?".. Disini ku lukis ribuan kata bermakna,yang singgah terburai rasa dari riak kecil untaian hati yang berirama..mewakili nuansa galau diri. Aku adalah aku, tanpa ragu ke persembahkan isi hatiku kepadamu..
Minggu, 31 Desember 2017
Selasa, 24 April 2012
Cinta, Jangan Kau Bersedih
Cinta, tema yang selalu menarik untuk dibahas, karena cinta adalah
anugerah dari Yang Maha Pemberi Cinta. Cinta bisa datang kepada siapa
saja, di mana saja, dan kapan saja. Oleh karena itu, kendalikanlah dia
sebelum rasa itu halal untuk kita.
Setiap awal pertemuan yang baik, sebaiknya diakhiri dengan cara yang
baik pula, jika pada akhirnya memang perpisahan menjadi jalan yang harus
dipilih, karena pada dasarnya sudah menjadi sunnatullah jika ada
pertemuan pasti akan ada perpisahan.
Wanita memiliki hati dan perasaan yang lebih sensitif dibandingkan
dengan pria, mungkin karena itu pulalah wanita ingin lebih dimengerti.
Ketika ada sesuatu hal yang menyebabkan terjadinya perpisahan
dikarenakan tidak berjodoh misalnya, maka janganlah engkau bersikap
lemah menyikapinya. Rasa putus asa, bersedih, ataupun menangis, hanya
akan membuatnya lebih bersedih lagi, dan kemungkinan akan menimbulkan
perasaan menyalahkan diri sendiri.
Mengapa disebut sikap yang paling bodoh? Karena tidak ada gunanya sikap
menyalahkan diri sendiri, yang ada hanyalah membuang-buang waktu,
tenaga, fikiran, perasaan, dan lain sebagainya.
Karena itu, cinta, janganlah kau bersedih. Bersedih boleh saja selama
tidak berlebihan. Ingatlah bahwa Allah SWT akan selalu memberikan yang
terbaik untuk hamba-Nya. Yakinlah, Dia tidak kan pernah salah dan tidak
akan pernah mengingkari janji-Nya. Berharaplah hanya kepada Allah SWT,
karena hanya Dia-lah sebaik-baik pengharapan. Insya Allah, kelak kau pun
akan bahagia dengan pilihan-Nya. (KS / CJ )
Aku Suka Semua Tentangnya....
Aku merasakan satu rasa
Berdebar rasanya
Saat jumpa pertama
Dengan dirinya
Berdebar rasanya
Saat jumpa pertama
Dengan dirinya
Entahlah kapan rasa itu tiba
Ada sesuatu yang berbeda
Setiap jumpa dirinya
Walau hanya sebentar saja
Ada sesuatu yang berbeda
Setiap jumpa dirinya
Walau hanya sebentar saja
Aku suka semua tentangnya
Semua kebaikannya
Bantuan yang diberikannya
Pengorbanan yang dilakukannya
Semua kebaikannya
Bantuan yang diberikannya
Pengorbanan yang dilakukannya
Aku suka semua tentangnya
Semua ceritanya
Canda tawanya
Kisah cintanya
Aku suka semua tentangnya
Tentang dirinya
Kehidupannya
Pekerjaannya
Ah, aku suka semua tentangnya... Tapiii akankah mungkin rasa itu akan selalu ada ... entahhhhhh..
Jumat, 20 April 2012
Kau Sanggup Membuatku Tersenyum
Hujan gerimis kembali mengguyur Jakarta pagi itu. Seperti biasa, aku
melangkahkan kakiku menuju kantor. "Hhh..." aku mendesah malas. Pagi itu
rasanya malas sekali tuk berangkat kerja. Sudah bangun kesiangan,
ditambah hujan. "Hmm.. Coba kalau libur, bisa gak keluar deh dari
kamar."
Baru saja aku melangkah dari garasi rumahku, dan dengan malas kulangkahkan
kakiku di depan kompleks perumahanku. Hujan gerimis seakan begitu
mengerti kemalasanku pagi ini. Di balik jaket tebalku, aku
berlindung dari rintik hujan yang masih setia menemani langkahku.
Beberapa saat kemudian, bis jemputan yang kutunggupun datang menghampiriku.
Bersyukur mendapatkan posisi yang nyaman, Segera kuayunkan kakiku
menuju bangku itu. Buspun melaju perlahan. Tak kuhiraukan pemandangan di
kanan kiriku, aku sedang asyik menikmati rintik hujan yang menyirami
dedaunan, seakan tersenyum dan menari mengajakku tertawa menyambut pagi.
Tiba-tiba sudut mataku menangkap sesosok kecil berlari menuju jalan. Kualihkan pandanganku ke arah pintu bus yang
kutumpangi, aku melihat sosok kecil berdiri di dekat jendela bus ku. Sesaat kutatap wajah mungil itu, memakai kaos oblong dan
celana putih dengan gambar Doraemon di depannya, plus sepatu kets belel,
lengkap dengan gitar kecil di tangannya.
Wajah itu nampak tersenyum ceria, tak peduli laju kendaraan yang lewat hilir mudik dengan kecepatan yang tinggi di sekelilingnya, yang sering
menghentakkan tubuh mungilnya. Sosok kecil itu mulai bernyanyi
membawakan lagu Pecinta Wanita-nya Irwansyah yang sedang hit itu. Dengan
gaya pedenya, sosok kecil itu seakan merasa menjadi sang penyanyi yang
sedang menghibur para penggemarnya. dia begitu menghayati lagu yang
dinyanyikannya. Tak sadar aku tersenyum-senyum melihat gayanya yang
lucu.
Aku memang pecinta wanita, tapi ku bukan buaya, yang setia pada selibu gadis ku hanya mencintai dia
Aku memang pecinta wanita yang lembut seperti dia
Aku memang pecinta wanita yang lembut seperti dia
Lagu itu mengalir dengan mulus dari mulut mungil itu. Bukan syair
lagu itu yang aku suka, tapi wajah polos seakan tanpa dosa dan tanpa
beban sedikitpun. Kulihat wajah itu begitu ceria, dalam hati kuberharap
dia menyanyikan satu lagu lagi, tapi harapku berakhir saat dia melangkah
menghampiri mobil ke mobil dengan kantong plastik butut di tangannya.
Ingin sekali aku bisa bercerita dengan sosok itu, tapi dia cepat berlalu
dan aku hanya bisa menatap langkah kaki mungilnya meninggalkan keramaian jalan itu.
Seiring langkah kaki kecil yang menghilang di ujung jalan, aku
merenung, mengapa aku harus sejutek ini pagi ini, mengapa aku harus
bermalas-malasan, bahkan aku enggan tersenyum dengan sahabat-sahabatku
di kost saat mau berangkat tadi. Bocah kecil itu seakan menyadarkan aku
betapa berartinya semangat dalam hidup ini.
Benar bahwa bocah itu tak tahu banyak tentang mimpi, tak tahu banyak
tentang masalah, tapi aku yakin, bocah itu tahu banyak tentang pahitnya
hidup di jalanan, bocah itu juga banyak belajar tentang kerasnya hidup
sebagai penyanyi jalanan, bocah itupun juga harus mengesampingkan egonya
tuk bisa bermain bersama teman-temannya, tuk menikmati indahnya masa
sekolah, tuk bisa duduk manis di depan TV bersama orangtuanya, tuk bisa
bercanda ria dengan kakak-kakaknya.
Dia begitu tegar, bahkan tak terlihat sedikitpun kesedihan di
wajahnya, bukan karena dia tak punya keinginan, bukan karena dia tak
punya mimpi, tapi karena dia sanggup menghadapi kenyataan hidupnya, dia
sanggup menjalani hari ini penuh dengan senyuman, bahkan sanggup
membuatku tersenyum bahagia.
Ya Rabb, betapa bodohnya aku. Apa yang bisa kulakukan dengan
kemalasanku? Apa yang bisa kulakukan dengan kerapuhanku? Bocah itu telah
mengajarkan aku, betapa dia yang begitu polos mampu membahagiakan orang
lain, betapa dia yang masih begitu muda sanggup menahan kesedihan
dirinya, lalu apa yang telah aku lakukan? Manfaat apa yang telah aku
tebarkan? Kebaikan apa yang telah aku lakukan? Nothing! Ternyata, aku
hanya sosok yang rapuh dan cengeng, aku hanya sosok yang egois yang tak
peduli dengan lingkunganku.
Ya Rabb, terima kasih kau telah pertemukan aku dengan sosok kecil itu
yang sanggup mengukir senyum bahagia di wajahku pagi itu. Aku tahu
kesedihan yang disimpannya, aku tahu keras kehidupan yang dilalui
bersama puluhan anak jalanan lainnya. Jika kelak aku tak sanggup membuat
mereka tersenyum, maka jangan biarkan aku tertawa di atas kesedihan
mereka. Jika aku tak sanggup mengulurkan tanganku tuk meraih mereka,
jangan biarkan aku membuat luka di hati mereka.
Rabb, maafkan aku yang bodoh, sayangi mereka yang tak sanggup
kurengkuh, lindungi mereka yang tak bisa kuraih. Maafkan diri ini yang
mungkin banyak melukai hamba-hambaMu, yang tak sanggup memeluk mereka
saat mereka terluka, yang tak sanggup membuat mereka tersenyum saat
mereka menangis.
Aku Bukan Bidadari
Hmmmfhhhhhh ...
Untuk kesekian kali puji itu kau arahkan padaku, panah penilaianmu
tepat mengena di hatiku hingga sesungging senyum kau lihat saat kau
lontarkan kata itu. Namun tersadarku saat kulihat mentari yang
menyilaukan pandanganku untuk menikmati sinarnya, mungkin Tuhan ingin
memberitahukan bahwa kebesaran-Nya lebih pantas mendapat pujian daripada
seorang yang duduk di bawah mentarinya.
Perlu kau tahu, dan memang sebenarnya harus kau tahu. Aku bukan
bidadari yang sempurna, gadis tak tersentuh seperti Siti Maryam, yang
terjaga kesuciannya. Memang aku telah menggelar hijab, namun hijab itu
hanya aku bangun dengan bahan seadanya.
Kau tahu, aku membaur dengan lawan jenis, bersenggolan, duduk di
angkot, sesekali berjabat tangan dengan tangan yang tidak halal itu.
Mungkin saat ini tanganku disentuh, suatu saat aku tak tahu jika Tuhan
menghendakinya. Na'udzubillah.
Akupun tak setangguh Fatimatul Zahra putri Rasulullah, ada kalanya
aku memprotes, mengeluh, tentang yang terjadi padaku, aku lemah, tak
setangguh itu. Atau tidak sederma Khadizah binti Khuwailid, aku masih
egois dengan yang telah aku miliki, hingga sayang untuk berbagi.
Kau bilang aku cantik, terima kasih untuk itu, namun aku masih
biasa-biasa saja dibanding artis, apalagi seperti seorang Sarah istri
nabi Ibrahim yang kecantikannya memikat sang Raja penguasa pada masa
itu.
Sekali lagi, aku bukan bidadari yang sesempurna pikiranmu. Aku
hanyalah gadis kecil, yang menari di balik pengetahuannya, menjaga diri
dengan bangunan benteng seadanya, bertahan dalam kemelut zaman yang kiat
menyesatkan.
Maafkan aku jika di seberang jalan sana aku terjatuh karena
kerikil-kerikil tajam menusuk saat perjalananku. Maafkan atas sikap
bodohku, yang tiada mengerti mana yang benar dan salah dalam suatu
perkara. Maafkan aku jika kelemahanku dimanfaatkan mereka yang punya
penyakit hatinya. Maafkan aku jika pandanganku terlintas melihat yang
harusnya terjaga. Maafkan aku yang di suatu waktu lengah dengan
penjagaan diriku sendiri.
Aku bukan bidadari, tapi akupun tak ingin menjadi wanita penggoda,
atau hanya pemuas nafsu, atau menjadi manfaat dalam kesesatan. Sungguh,
aku tak ingin nista dalam kehidupannya, walau aku tak sesempurna
bidadari-bidadari surga, tak ingin ku tersesat setelah diberi petunjuk.
Sekali lagi, aku bukan bidadari.
Cintaku ....
Aku terdiam, membiarkan perasaan dan emosi berbaur dalam jiwaku.
Entah bagaimana mengungkap semua. Aku terpaku, kecewa, bahagia, marah,
sedih, cemburu. Aku bingung memilih perasaan yang mana untuk aku
gunakan.
Entah bagaimana mengungkap semua perasaanku. Entahlah, yang ku bisa
cuma terdiam, diam dalam gelombang perasaan yang mengombak dalam hatiku.
Entahlah, bagaimana setelah ini, aku hanya mampu terdiam. Sepertinya
air mataku lebih mampu mengungkapkan perasaanku daripada kata-kata yang
disampaikan.
Aku tak sadar beberapa butiran bening membasahi pipiku. Namun kulihat
di sekelilingku tersenyum. Aku bingung, apakah mereka sedang bahagia
melihatku seperti ini atau di sisi lain ada kebahagiaan di balik
kesedihanku ini.
Entahlah, bagaimana mengungkapkan semua ini. Sulit bagiku untuk
berdiri menatap keadaan itu. Bagaimana aku, lagi-lagi air mataku
memulainya lagi, daripada kata-kata yang ingin aku sampaikan.
Ya, akupun hanya tersandar di sudut itu, mencoba menenangkan perasaan yang bergejolak dalam dada.( Ely/Ks ) By. CJJumat, 13 April 2012
Langganan:
Postingan (Atom)