Minggu, 31 Desember 2017

2018 Just It

Jreeeengggg...

Gak berasa yaaaa berganti tahun kembali, flattt aza yang ada... resolusi masih banyak yang belum terealisasi...

Uforia begitu hiruk pikuk, buatku biasa aza... karena itu cuma kesenangan semata tanpa sisa...
Semakin beranjak usia perayaan seperti pergantian tahun masehi buatku tak merasa sukacita... aq hanya berpikir dunia semakin tua dan semakin pendek usia..

Ya .... buatku pergantian tahun 2017 menuju 2018 adalah momen dimana aq harus lebih memperbaiki diri lagi terutama dalam hal ibadah kepada Sang Pencipta... semakin WAJIB mendekatkqn diri lagi ke Illahi yang telah memerikan aq banyak kesempatan menikmati pergantian tahuna kembali... merasakan tetap nikmat-NYA yang tiada tara hari kehari.


Merenung tentang betapa indahnya dunia yang tua ini membuatku semakin belajar bahwa hidup itu hanya sementara... yeahhhh memandang dunia dalam mata hatiku, merasakan deru gejolak rasanya... berharap diambang tahun baru ini, aq bisa menjadi lebib baik dari sebelumnya dalam segala hal... Bismillah'... langkah pertama diawal tahun 2018.

Selasa, 24 April 2012

Cinta, Jangan Kau Bersedih

Cinta, tema yang selalu menarik untuk dibahas, karena cinta adalah anugerah dari Yang Maha Pemberi Cinta. Cinta bisa datang kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Oleh karena itu, kendalikanlah dia sebelum rasa itu halal untuk kita.

Setiap awal pertemuan yang baik, sebaiknya diakhiri dengan cara yang baik pula, jika pada akhirnya memang perpisahan menjadi jalan yang harus dipilih, karena pada dasarnya sudah menjadi sunnatullah jika ada pertemuan pasti akan ada perpisahan.
Wanita memiliki hati dan perasaan yang lebih sensitif dibandingkan dengan pria, mungkin karena itu pulalah wanita ingin lebih dimengerti.

Ketika ada sesuatu hal yang menyebabkan terjadinya perpisahan dikarenakan tidak berjodoh misalnya, maka janganlah engkau bersikap lemah menyikapinya. Rasa putus asa, bersedih, ataupun menangis, hanya akan membuatnya lebih bersedih lagi, dan kemungkinan akan menimbulkan perasaan menyalahkan diri sendiri.



Mengapa disebut sikap yang paling bodoh? Karena tidak ada gunanya sikap menyalahkan diri sendiri, yang ada hanyalah membuang-buang waktu, tenaga, fikiran, perasaan, dan lain sebagainya.

Karena itu, cinta, janganlah kau bersedih. Bersedih boleh saja selama tidak berlebihan. Ingatlah bahwa Allah SWT akan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Yakinlah, Dia tidak kan pernah salah dan tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. Berharaplah hanya kepada Allah SWT, karena hanya Dia-lah sebaik-baik pengharapan. Insya Allah, kelak kau pun akan bahagia dengan pilihan-Nya. (KS / CJ )


Aku Suka Semua Tentangnya....

Aku merasakan satu rasa
Berdebar rasanya
Saat jumpa pertama
Dengan dirinya

Entahlah kapan rasa itu tiba
Ada sesuatu yang berbeda
Setiap jumpa dirinya
Walau hanya sebentar saja

Aku suka semua tentangnya
Semua kebaikannya
Bantuan yang diberikannya
Pengorbanan yang dilakukannya
Aku suka semua tentangnya

Semua ceritanya
Canda tawanya
Kisah cintanya
Aku suka semua tentangnya

Tentang dirinya
Kehidupannya
Pekerjaannya
Ah, aku suka semua tentangnya... Tapiii akankah mungkin rasa itu akan selalu ada ... entahhhhhh..


Jumat, 20 April 2012

Kau Sanggup Membuatku Tersenyum

Hujan gerimis kembali mengguyur Jakarta pagi itu. Seperti biasa, aku melangkahkan kakiku menuju kantor. "Hhh..." aku mendesah malas. Pagi itu rasanya malas sekali tuk berangkat kerja. Sudah bangun kesiangan, ditambah hujan. "Hmm.. Coba kalau libur, bisa gak keluar deh dari kamar."

Baru saja aku melangkah dari garasi rumahku, dan dengan malas kulangkahkan kakiku di depan kompleks perumahanku. Hujan gerimis seakan begitu mengerti kemalasanku pagi ini. Di balik jaket tebalku, aku berlindung dari rintik hujan yang masih setia menemani langkahku.

Beberapa saat kemudian, bis jemputan yang kutunggupun datang menghampiriku. Bersyukur mendapatkan posisi yang nyaman, Segera kuayunkan kakiku menuju bangku itu. Buspun melaju perlahan. Tak kuhiraukan pemandangan di kanan kiriku, aku sedang asyik menikmati rintik hujan yang menyirami dedaunan, seakan tersenyum dan menari mengajakku tertawa menyambut pagi.

Tiba-tiba sudut mataku menangkap sesosok kecil berlari menuju jalan. Kualihkan pandanganku ke arah pintu bus yang kutumpangi, aku melihat sosok kecil berdiri di dekat jendela bus ku. Sesaat kutatap wajah mungil itu, memakai kaos oblong dan celana putih dengan gambar Doraemon di depannya, plus sepatu kets belel, lengkap dengan gitar kecil di tangannya.

Wajah itu nampak tersenyum ceria, tak peduli laju kendaraan yang lewat hilir mudik dengan kecepatan yang tinggi di sekelilingnya, yang sering menghentakkan tubuh mungilnya. Sosok kecil itu mulai bernyanyi membawakan lagu Pecinta Wanita-nya Irwansyah yang sedang hit itu. Dengan gaya pedenya, sosok kecil itu seakan merasa menjadi sang penyanyi yang sedang menghibur para penggemarnya.  dia begitu menghayati lagu yang dinyanyikannya. Tak sadar aku tersenyum-senyum melihat gayanya yang lucu.
Aku memang pecinta wanita, tapi ku bukan buaya, yang setia pada selibu gadis ku hanya mencintai dia
Aku memang pecinta wanita yang lembut seperti dia

Lagu itu mengalir dengan mulus dari mulut mungil itu. Bukan syair lagu itu yang aku suka, tapi wajah polos seakan tanpa dosa dan tanpa beban sedikitpun. Kulihat wajah itu begitu ceria, dalam hati kuberharap dia menyanyikan satu lagu lagi, tapi harapku berakhir saat dia melangkah menghampiri mobil ke mobil dengan kantong plastik butut di tangannya. Ingin sekali aku bisa bercerita dengan sosok itu, tapi dia cepat berlalu dan aku hanya bisa menatap langkah kaki mungilnya meninggalkan keramaian jalan itu.

Seiring langkah kaki kecil yang menghilang di ujung jalan, aku merenung, mengapa aku harus sejutek ini pagi ini, mengapa aku harus bermalas-malasan, bahkan aku enggan tersenyum dengan sahabat-sahabatku di kost saat mau berangkat tadi. Bocah kecil itu seakan menyadarkan aku betapa berartinya semangat dalam hidup ini.

Benar bahwa bocah itu tak tahu banyak tentang mimpi, tak tahu banyak tentang masalah, tapi aku yakin, bocah itu tahu banyak tentang pahitnya hidup di jalanan, bocah itu juga banyak belajar tentang kerasnya hidup sebagai penyanyi jalanan, bocah itupun juga harus mengesampingkan egonya tuk bisa bermain bersama teman-temannya, tuk menikmati indahnya masa sekolah, tuk bisa duduk manis di depan TV bersama orangtuanya, tuk bisa bercanda ria dengan kakak-kakaknya.

Dia begitu tegar, bahkan tak terlihat sedikitpun kesedihan di wajahnya, bukan karena dia tak punya keinginan, bukan karena dia tak punya mimpi, tapi karena dia sanggup menghadapi kenyataan hidupnya, dia sanggup menjalani hari ini penuh dengan senyuman, bahkan sanggup membuatku tersenyum bahagia.
Ya Rabb, betapa bodohnya aku. Apa yang bisa kulakukan dengan kemalasanku? Apa yang bisa kulakukan dengan kerapuhanku? Bocah itu telah mengajarkan aku, betapa dia yang begitu polos mampu membahagiakan orang lain, betapa dia yang masih begitu muda sanggup menahan kesedihan dirinya, lalu apa yang telah aku lakukan? Manfaat apa yang telah aku tebarkan? Kebaikan apa yang telah aku lakukan? Nothing! Ternyata, aku hanya sosok yang rapuh dan cengeng, aku hanya sosok yang egois yang tak peduli dengan lingkunganku.

Ya Rabb, terima kasih kau telah pertemukan aku dengan sosok kecil itu yang sanggup mengukir senyum bahagia di wajahku pagi itu. Aku tahu kesedihan yang disimpannya, aku tahu keras kehidupan yang dilalui bersama puluhan anak jalanan lainnya. Jika kelak aku tak sanggup membuat mereka tersenyum, maka jangan biarkan aku tertawa di atas kesedihan mereka. Jika aku tak sanggup mengulurkan tanganku tuk meraih mereka, jangan biarkan aku membuat luka di hati mereka.

Rabb, maafkan aku yang bodoh, sayangi mereka yang tak sanggup kurengkuh, lindungi mereka yang tak bisa kuraih. Maafkan diri ini yang mungkin banyak melukai hamba-hambaMu, yang tak sanggup memeluk mereka saat mereka terluka, yang tak sanggup membuat mereka tersenyum saat mereka menangis.

Aku Bukan Bidadari

Hmmmfhhhhhh ...

Untuk kesekian kali puji itu kau arahkan padaku, panah penilaianmu tepat mengena di hatiku hingga sesungging senyum kau lihat saat kau lontarkan kata itu. Namun tersadarku saat kulihat mentari yang menyilaukan pandanganku untuk menikmati sinarnya, mungkin Tuhan ingin memberitahukan bahwa kebesaran-Nya lebih pantas mendapat pujian daripada seorang yang duduk di bawah mentarinya.
Perlu kau tahu, dan memang sebenarnya harus kau tahu. Aku bukan bidadari yang sempurna, gadis tak tersentuh seperti Siti Maryam, yang terjaga kesuciannya. Memang aku telah menggelar hijab, namun hijab itu hanya aku bangun dengan bahan seadanya.

Kau tahu, aku membaur dengan lawan jenis, bersenggolan, duduk di angkot, sesekali berjabat tangan dengan tangan yang tidak halal itu. Mungkin saat ini tanganku disentuh, suatu saat aku tak tahu jika Tuhan menghendakinya. Na'udzubillah.

Akupun tak setangguh Fatimatul Zahra putri Rasulullah, ada kalanya aku memprotes, mengeluh, tentang yang terjadi padaku, aku lemah, tak setangguh itu. Atau tidak sederma Khadizah binti Khuwailid, aku masih egois dengan yang telah aku miliki, hingga sayang untuk berbagi.

Kau bilang aku cantik, terima kasih untuk itu, namun aku masih biasa-biasa saja dibanding artis, apalagi seperti seorang Sarah istri nabi Ibrahim yang kecantikannya memikat sang Raja penguasa pada masa itu.
Sekali lagi, aku bukan bidadari yang sesempurna pikiranmu. Aku hanyalah gadis kecil, yang menari di balik pengetahuannya, menjaga diri dengan bangunan benteng seadanya, bertahan dalam kemelut zaman yang kiat menyesatkan.



Maafkan aku jika di seberang jalan sana aku terjatuh karena kerikil-kerikil tajam menusuk saat perjalananku. Maafkan atas sikap bodohku, yang tiada mengerti mana yang benar dan salah dalam suatu perkara. Maafkan aku jika kelemahanku dimanfaatkan mereka yang punya penyakit hatinya. Maafkan aku jika pandanganku terlintas melihat yang harusnya terjaga. Maafkan aku yang di suatu waktu lengah dengan penjagaan diriku sendiri.

Aku bukan bidadari, tapi akupun tak ingin menjadi wanita penggoda, atau hanya pemuas nafsu, atau menjadi manfaat dalam kesesatan. Sungguh, aku tak ingin nista dalam kehidupannya, walau aku tak sesempurna bidadari-bidadari surga, tak ingin ku tersesat setelah diberi petunjuk.
Sekali lagi, aku bukan bidadari. 

Maafkan aku jika sikapku ada cela..... (KS/ CJ)

Cintaku ....

Aku terdiam, membiarkan perasaan dan emosi berbaur dalam jiwaku. Entah bagaimana mengungkap semua. Aku terpaku, kecewa, bahagia, marah, sedih, cemburu. Aku bingung memilih perasaan yang mana untuk aku gunakan.

Entah bagaimana mengungkap semua perasaanku. Entahlah, yang ku bisa cuma terdiam, diam dalam gelombang perasaan yang mengombak dalam hatiku. Entahlah, bagaimana setelah ini, aku hanya mampu terdiam. Sepertinya air mataku lebih mampu mengungkapkan perasaanku daripada kata-kata yang disampaikan.

Aku tak sadar beberapa butiran bening membasahi pipiku. Namun kulihat di sekelilingku tersenyum. Aku bingung, apakah mereka sedang bahagia melihatku seperti ini atau di sisi lain ada kebahagiaan di balik kesedihanku ini.

Entahlah, bagaimana mengungkapkan semua ini. Sulit bagiku untuk berdiri menatap keadaan itu. Bagaimana aku, lagi-lagi air mataku memulainya lagi, daripada kata-kata yang ingin aku sampaikan.
Ya, akupun hanya tersandar di sudut itu, mencoba menenangkan perasaan yang bergejolak dalam dada.( Ely/Ks ) By. CJ