Jumat, 20 April 2012

Kau Sanggup Membuatku Tersenyum

Hujan gerimis kembali mengguyur Jakarta pagi itu. Seperti biasa, aku melangkahkan kakiku menuju kantor. "Hhh..." aku mendesah malas. Pagi itu rasanya malas sekali tuk berangkat kerja. Sudah bangun kesiangan, ditambah hujan. "Hmm.. Coba kalau libur, bisa gak keluar deh dari kamar."

Baru saja aku melangkah dari garasi rumahku, dan dengan malas kulangkahkan kakiku di depan kompleks perumahanku. Hujan gerimis seakan begitu mengerti kemalasanku pagi ini. Di balik jaket tebalku, aku berlindung dari rintik hujan yang masih setia menemani langkahku.

Beberapa saat kemudian, bis jemputan yang kutunggupun datang menghampiriku. Bersyukur mendapatkan posisi yang nyaman, Segera kuayunkan kakiku menuju bangku itu. Buspun melaju perlahan. Tak kuhiraukan pemandangan di kanan kiriku, aku sedang asyik menikmati rintik hujan yang menyirami dedaunan, seakan tersenyum dan menari mengajakku tertawa menyambut pagi.

Tiba-tiba sudut mataku menangkap sesosok kecil berlari menuju jalan. Kualihkan pandanganku ke arah pintu bus yang kutumpangi, aku melihat sosok kecil berdiri di dekat jendela bus ku. Sesaat kutatap wajah mungil itu, memakai kaos oblong dan celana putih dengan gambar Doraemon di depannya, plus sepatu kets belel, lengkap dengan gitar kecil di tangannya.

Wajah itu nampak tersenyum ceria, tak peduli laju kendaraan yang lewat hilir mudik dengan kecepatan yang tinggi di sekelilingnya, yang sering menghentakkan tubuh mungilnya. Sosok kecil itu mulai bernyanyi membawakan lagu Pecinta Wanita-nya Irwansyah yang sedang hit itu. Dengan gaya pedenya, sosok kecil itu seakan merasa menjadi sang penyanyi yang sedang menghibur para penggemarnya.  dia begitu menghayati lagu yang dinyanyikannya. Tak sadar aku tersenyum-senyum melihat gayanya yang lucu.
Aku memang pecinta wanita, tapi ku bukan buaya, yang setia pada selibu gadis ku hanya mencintai dia
Aku memang pecinta wanita yang lembut seperti dia

Lagu itu mengalir dengan mulus dari mulut mungil itu. Bukan syair lagu itu yang aku suka, tapi wajah polos seakan tanpa dosa dan tanpa beban sedikitpun. Kulihat wajah itu begitu ceria, dalam hati kuberharap dia menyanyikan satu lagu lagi, tapi harapku berakhir saat dia melangkah menghampiri mobil ke mobil dengan kantong plastik butut di tangannya. Ingin sekali aku bisa bercerita dengan sosok itu, tapi dia cepat berlalu dan aku hanya bisa menatap langkah kaki mungilnya meninggalkan keramaian jalan itu.

Seiring langkah kaki kecil yang menghilang di ujung jalan, aku merenung, mengapa aku harus sejutek ini pagi ini, mengapa aku harus bermalas-malasan, bahkan aku enggan tersenyum dengan sahabat-sahabatku di kost saat mau berangkat tadi. Bocah kecil itu seakan menyadarkan aku betapa berartinya semangat dalam hidup ini.

Benar bahwa bocah itu tak tahu banyak tentang mimpi, tak tahu banyak tentang masalah, tapi aku yakin, bocah itu tahu banyak tentang pahitnya hidup di jalanan, bocah itu juga banyak belajar tentang kerasnya hidup sebagai penyanyi jalanan, bocah itupun juga harus mengesampingkan egonya tuk bisa bermain bersama teman-temannya, tuk menikmati indahnya masa sekolah, tuk bisa duduk manis di depan TV bersama orangtuanya, tuk bisa bercanda ria dengan kakak-kakaknya.

Dia begitu tegar, bahkan tak terlihat sedikitpun kesedihan di wajahnya, bukan karena dia tak punya keinginan, bukan karena dia tak punya mimpi, tapi karena dia sanggup menghadapi kenyataan hidupnya, dia sanggup menjalani hari ini penuh dengan senyuman, bahkan sanggup membuatku tersenyum bahagia.
Ya Rabb, betapa bodohnya aku. Apa yang bisa kulakukan dengan kemalasanku? Apa yang bisa kulakukan dengan kerapuhanku? Bocah itu telah mengajarkan aku, betapa dia yang begitu polos mampu membahagiakan orang lain, betapa dia yang masih begitu muda sanggup menahan kesedihan dirinya, lalu apa yang telah aku lakukan? Manfaat apa yang telah aku tebarkan? Kebaikan apa yang telah aku lakukan? Nothing! Ternyata, aku hanya sosok yang rapuh dan cengeng, aku hanya sosok yang egois yang tak peduli dengan lingkunganku.

Ya Rabb, terima kasih kau telah pertemukan aku dengan sosok kecil itu yang sanggup mengukir senyum bahagia di wajahku pagi itu. Aku tahu kesedihan yang disimpannya, aku tahu keras kehidupan yang dilalui bersama puluhan anak jalanan lainnya. Jika kelak aku tak sanggup membuat mereka tersenyum, maka jangan biarkan aku tertawa di atas kesedihan mereka. Jika aku tak sanggup mengulurkan tanganku tuk meraih mereka, jangan biarkan aku membuat luka di hati mereka.

Rabb, maafkan aku yang bodoh, sayangi mereka yang tak sanggup kurengkuh, lindungi mereka yang tak bisa kuraih. Maafkan diri ini yang mungkin banyak melukai hamba-hambaMu, yang tak sanggup memeluk mereka saat mereka terluka, yang tak sanggup membuat mereka tersenyum saat mereka menangis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar