Pagi ini, seperti pagi yang lain, aku selalu memperhatikan setiap persitiwa di jalan yang aku lalui sambil menelusuri jalan pagi ini dengan sedikit santai. Menangkap berbagai potret hidup manusia yang tampil di setiap sisi-sisi jalan. Memaknainya, merenunginya, lalu menggali inspirasi yang hadir bersamanya. Untuk menjadi energi motivasi, energi hidup, agar esok aku tak perlu menyerah dalam setiap kejatuhan-kejatuhan yang hadir setelahnya. Sebab pengalamanlah yang menjadi guru terbaik dalam kehidupan.
Dan pagi ini, kebetulan sekali potret yang tertangkap kilasan singkat pandanganku adalah sebuah sketsa yang menggelitik. Seorang Bapak paruh baya yang memiliki postur tubuh sedikit lebih pendek dan kecil tampak sedang bertransaksi dengan rekan bisnisnya. Di dekat mereka ada pick-up berwarna hitam, sepertinya milik si Bapak. Tiba-tiba mobil pick up itu bergerak sendiri ke depan mengikuti sisi jalan yang memang agak menurun. Kontan si Bapak segera berlari mengejar pick up tersebut dan berusaha meraih bagian belakangnya. Dan berhasil! Sayangnya tenaga dan postur si Bapak tak mampu menahan laju pick up yang terus menyeretnya. Ia terseret mobilnya sendiri seperti seorang gembala terseret kerbaunya.
“Hahahahahahahaha…wakakakakakakka…huahuahuahuahua….”
Aku tertawa lepas, nyaring sekali. Mungkin seperti itu juga pengendara yang lain yang sempat menangkap sketsa ini. Yang aku heran adalah, mengapa si Bapak justru meraih bagian belakang mobilnya dan bukannya menuju pintu depan mobil lalu menaikkan rem tangannya. Pemandangan yang lucu. Lalu lanjutan sketsa ini hanya dapat aku lihat melalui kaca spion mobil yang semakin menjauh.
Sahabat, selalu saja ada yang lucu dalam kehidupan kita. Kelucuan-kelucuan yang sengaja diciptakan Allah untuk menjadi warna-warni kisah kita. Agar hidup ini tidak melulu hitam putih atau monochrome. Tetapi indah, seperti pelangi yang memiliki spectrum berjuta warna. Terkadang memang kita sedih, tapi tak jarang hadir penggalan kisah yang juga membahagiakan. Terkadang hadir situasi yang mematahkan asa, tapi sering pula menghampiri peristiwa yang membagkitkan energi jiwa. Sebuah siklus yang dipergilirkan, agar -sekali lagi- hidup ini penuh warna.
Namun sketsa-sketsa menggelitik yang hadir dalam serpihan-serpihan kecil hidup kita bagi sebagian orang seringkali berlalu tanpa makna. Kejadian demi kejadian dipersepsi sebagai sesuatu yang terpisah, bukan anak-anak puzzle yang dibaliknya tersimpan lukisan indah. Lalu setiap orang yang menjadi bagian dari persitiwa-peristiwa dianggap mewakili takdir baik atau takdir buruknya. Padahal, bisa jadi Allah menciptakan peristiwa itu untuk menjadi pelajaran berharga bagi seluruh manusia. Seperti takdir seorang anak yang dibunuh oleh Nabi Khidir untuk menjadi pelajaran bagi Nabi Musa dan ummat manusia setelahnya, termasuk kita.
Yang pasti, hari ini aku masih sempat tertawa. Oleh sebuah persitiwa yang sengaja diciptakan Allah untukku, agar sejenak jiwa yang sedang gundah ini dapat merasakan warna yang lain. Warna kehidupan…. seperti kutipan syair lagunya Om Iwan Fals nich ...
Dan pagi ini, kebetulan sekali potret yang tertangkap kilasan singkat pandanganku adalah sebuah sketsa yang menggelitik. Seorang Bapak paruh baya yang memiliki postur tubuh sedikit lebih pendek dan kecil tampak sedang bertransaksi dengan rekan bisnisnya. Di dekat mereka ada pick-up berwarna hitam, sepertinya milik si Bapak. Tiba-tiba mobil pick up itu bergerak sendiri ke depan mengikuti sisi jalan yang memang agak menurun. Kontan si Bapak segera berlari mengejar pick up tersebut dan berusaha meraih bagian belakangnya. Dan berhasil! Sayangnya tenaga dan postur si Bapak tak mampu menahan laju pick up yang terus menyeretnya. Ia terseret mobilnya sendiri seperti seorang gembala terseret kerbaunya.
“Hahahahahahahaha…wakakakakakakka…huahuahuahuahua….”
Aku tertawa lepas, nyaring sekali. Mungkin seperti itu juga pengendara yang lain yang sempat menangkap sketsa ini. Yang aku heran adalah, mengapa si Bapak justru meraih bagian belakang mobilnya dan bukannya menuju pintu depan mobil lalu menaikkan rem tangannya. Pemandangan yang lucu. Lalu lanjutan sketsa ini hanya dapat aku lihat melalui kaca spion mobil yang semakin menjauh.
Sahabat, selalu saja ada yang lucu dalam kehidupan kita. Kelucuan-kelucuan yang sengaja diciptakan Allah untuk menjadi warna-warni kisah kita. Agar hidup ini tidak melulu hitam putih atau monochrome. Tetapi indah, seperti pelangi yang memiliki spectrum berjuta warna. Terkadang memang kita sedih, tapi tak jarang hadir penggalan kisah yang juga membahagiakan. Terkadang hadir situasi yang mematahkan asa, tapi sering pula menghampiri peristiwa yang membagkitkan energi jiwa. Sebuah siklus yang dipergilirkan, agar -sekali lagi- hidup ini penuh warna.
Namun sketsa-sketsa menggelitik yang hadir dalam serpihan-serpihan kecil hidup kita bagi sebagian orang seringkali berlalu tanpa makna. Kejadian demi kejadian dipersepsi sebagai sesuatu yang terpisah, bukan anak-anak puzzle yang dibaliknya tersimpan lukisan indah. Lalu setiap orang yang menjadi bagian dari persitiwa-peristiwa dianggap mewakili takdir baik atau takdir buruknya. Padahal, bisa jadi Allah menciptakan peristiwa itu untuk menjadi pelajaran berharga bagi seluruh manusia. Seperti takdir seorang anak yang dibunuh oleh Nabi Khidir untuk menjadi pelajaran bagi Nabi Musa dan ummat manusia setelahnya, termasuk kita.
Yang pasti, hari ini aku masih sempat tertawa. Oleh sebuah persitiwa yang sengaja diciptakan Allah untukku, agar sejenak jiwa yang sedang gundah ini dapat merasakan warna yang lain. Warna kehidupan…. seperti kutipan syair lagunya Om Iwan Fals nich ...
"Seperti elang kami melayang,
Seperti air kami mengalir,
Seperti mentari kami berputar,
Seperti gunung kami merenung,
Di lingkaran kami berpandangan,
Di lingkaran kami mengucapkan,
Aku cinta padamu..."
Seperti air kami mengalir,
Seperti mentari kami berputar,
Seperti gunung kami merenung,
Di lingkaran kami berpandangan,
Di lingkaran kami mengucapkan,
Aku cinta padamu..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar